Kamis, 14 April 2011

ASKEP MENINGITIS PADA ANAK


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penyakit meningitis dan pneumonia telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian  anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.
Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental.
            Menurut kamus bahasa Indonesia meningitis merupakan suatu radang selaput otak dansaraf tulang belakang. Menurut Wikipedia dijelaskan bahwa meningitis adalah peradangan selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang, disebut sebagai meninges . Harsono (2003) mengatakan bahwa meningitis adalah suatu infeksi atau peradangan dari meningens dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, Virus, riketsia atau protozoa, yang terjadi secara akut dan kronis.
Pengertian lain meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Brunner & Suddath. 2002. hal. 2175) Meningitis adalah suatu peradangan araknoid dan piameter (lepto meningens) dari otak dan medulla spinalis. Bakteri dan virus merupakan penyebab yang paling umum dari meningitis, meskipun jamur dapat juga menyebabkan. Meningitis bakteri lebih sering terjadi. Deteksi awal dan pengobatan akan lebih memberikan hasil yang lebih baik menurut Wahyu Widagdo dkk (2008:105).

B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Meningitis
2.      Tujuan khusus
a.       Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Meningitis
b.      Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan Meningitis
c.       Mampu menyusun rencana keperawatan pada klien dengan Meningitis
d.      Mampu melakukan rencana keperawatan yang telah disusun pada klien dengan Meningitis
e.       Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Meningitis
f.        Mampu mendokumentasikan keperawatan pada klien dengan Meningitis





















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI MENINGITIS
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. (Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Harsono (2003) mengatakan bahwa meningitis adalah suatu infeksi atau peradangan dari meningens dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, Virus, riketsia atau protozoa, yang terjadi secara akut dan kronis.

B. ETIOLOGI
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri.

Meningitis Bakteri  
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, Nersseria, Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aureus, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.

Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
                                                                                                ( Donna, L. Wong : 2008 )
C. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan orang dewasa. Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis primer, biasanya dari paru paru. Meningitis bukan terjadi karena terinpeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya skunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga archnoid.
Tuberkulosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Pada meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan, reabsorbsi berkurang atau produksi berlebihan dari likour serebrospinal. Anak juga bisa menjadi tuli atau buta dan kadang kadang menderita retardasi mental.
Gambaran klinik pada penyakit ini mulainya pelan. Terdapat panas yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah, berat badan yang menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa seperti halusinasi. Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi hemipareses dan kerusakan saraf otak yaitu N III, N IV, N VI, N VII,N VIII sampai akhirnya kesadaran menurun.
                                                                        ( Ronny Yoes, Kapita Selekta Neurologi)
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa. Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada penyakit penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ / jaringan didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis dan lain lain.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempurna / pengobatan yang terlambat . pada permulaan gejala meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya napsu makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12 (dua belas ) sampai 24 (dua puluh empat ) jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam, tanda tanda selaput otak akan menghilang, penderita takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah, mudah terangsang dan menunjukan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif dan halusinasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma.                                                                                                       ( Ronny Yoes, Kapita Selekta Neurologi)

D. ANATOMI FISIOLOGI
Secara anatomi fisiologi, system syaraf dapat dibagi menjadi :
1.      Sistem syaraf pusat (central nervus system)
2.      Sistem syaraf tepi (peripheral nervus system)
3.      Sistem syaraf gaib (otonomic nervus system)
Yang termasuk system syaraf pusat adalah :
-          Otak besar
-          Otak kecil
-          Batang otak
-          Medulla spinalis
Yang termasuk system syaraf tepi adalah semua cabang dari medulla spinalis
Yang termasuk system syaraf otonom adalah :
-          Syaraf simpatis
-          Syaraf parasimpatis
Susunan Saraf Pusat
            Otak terdapat dalam rongga tengkorak yang dibungkus oleh selaput otak yang disebut meningen. Selaput otak ini juga berlanjut melapisi medulla spinalis. Selaput otak maupun selaput medulla spinalis adalah sama.
Meningen terdiri dari 3 lapisan :
1.      Lapisan sebelah luar yang disebut durameter
2.      Lapisan tengah yang disebut arachnoid
3.      Lapisan dalam yang disebut piameter
Durameter ini langsung melekat pada permukaan tengkorak
Piameter langsung melekat pada jaringan otak dan medulla spinalis
Diantara durameter dengan arachnoid terdapat rongga subdurameter
Diantara durameter dengan arachnoid dengan piameter terdapat rongga subarachnoid
Rongga subdurameter berisi kapiler pembuluh darah
Rongga arachnoid berisi cairan otak

Cairan Otak (Liquor Cerebro Spinalis = LCS)
Cairan otak yang terdapat di rongga subarachnoid otak dan medulla spinalis. Cairan otak ini dibentuk oleh plexus choroideus pada rongga otak (ventrikel). Cairan otak hampir sama dengan plasma darah yaitu juga terdiri dari sebagian besar air, glukosa, protein, garam-garam, dan tidak ada sel darah.
Otak Besar (Cerebrum)
Merupakan bagian terbesar yang mengisi rongga tengkorak. Permukaan otak tidak datar, melainkan mempunyai bagian yang lekuk di antara bagian  yang datar. Bagian yang lekuk disebut sulkus dan bagian yang datar disebut gyrus. Otak besar terdiri dari 2 belahan besar. Masing-masing belahan otak disebut hemisphere, kedua hemisphere berbentuk simetris.
Lapisan otak ada 2 :
1.      Lapisan Luar (cortex cerebri)
Berwarna kelabu dan terdiri dari inti-inti syaraf. Disini terdapat Thalamus, hipotalamus dan formation reticularis.
2.      Lapisan dalam (medulla cerebri)
Berwarna putih terdiri dari serabut-serabut syaraf
Otak Kecil
Otak kecil terletak di bagian belakang bawah otak besar di dalam fossa crania posterior. Otak kecil akan berhubungan dengan otak besar melalui pedunculus inferior. Permukaan otak kecil juga mempunyai sulcus dan gyrus yang ukurannya kecil.
Fungsi otak kecil :
1.      Sebagai pusat pengatur keseimbangan tubuh
2.      Tempat koordinasi kontraksi otot rangka

Batang Otak :
1.      Pons
Sering terletak di depan otak kecil antara otak besar dengan medulla oblongata. Pada pons ini terdapat serat syaraf longitudinal yang menghubungkan medulla oblongata dengan otak besar. Pada pons juga terdapat inti-inti syaraf cranial V, VI,VII, dan VIII
2.      Medulla Oblongata
Terletak di bawah pons dan di atas medulla spinalis. Batas antara medulla oblongata dengan medulla spinalis adalah setinggi foramen magnum. Di medulla oblongata terdapat persilangan serat corticospinalis yang membawa rangsangan motoris dari otak ke medulla spinalis. Pada medulla oblongata terdapat inti-inti syaraf cranial IX, X, XI, XII juga terdapat pusat respirasi dan pusat cardiovascular.

Medulla Spinalis
            Medulla spinalis terletak di dalam canalis spinalis mulai setinggi foramen magnum sampai setinggi vertebra L1-L2. Medulla spinalis juga dibungkus oleh meningen seperti di otak. Medulla spinalis mempunyai segmen-segmen yang namanya dimulai dari atas :
Segmen cervicalis                                : 8 buah
Segmen Thoracalis                              : 12 buah
Segmen Lumbalis                                : 5 buah
Segmen Sacralis                                  : 5 buah
Segmen Coxygeus                              : 1 buah
Medulla Spinalis berfungsi :
-          Sebagai penghubung otak dengan perifer dan dari perifer ke otak
-          Sebagai pusat refleks yang otomatis
       (Smeltzer, Suzanne C : 2002, Hal : 2074 )
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.
Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
Sakit kepala
Sakit-sakit pada otot-otot
Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien
Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan
   bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat
   pada virus meningitis.
Nausea
Vomiting
Demam
Takikardia
Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
Pasien merasa takut dan cemas.
                                                                                    ( Donna L. Wong : 2008, Hal : 1245 )
F. PATOFISIOLOGI
Dalam meningitis bakteri, bakteri mencapai meninges oleh salah satu dari dua rute utama: melalui aliran darah atau melalui kontak langsung antara meninges dan baik rongga hidung atau kulit. Dalam kebanyakan kasus, meningitis berikut invasi aliran darah oleh organisme yang hidup di atas permukaan seperti lendir rongga hidung. Hal ini sering pada gilirannya didahului oleh infeksi virus, yang memecah penghalang normal yang disediakan oleh permukaan mukosa. Setelah bakteri memasuki aliran darah, mereka memasuki ruang subarachnoid di tempat-tempat dimana penghalang darah-otak rentan-seperti pleksus koroid. Meningitis terjadi pada 25% bayi yang baru lahir dengan infeksi aliran darah akibat streptokokus grup B; fenomena ini kurang umum pada orang dewasa. kontaminasi langsung dari cairan serebrospinal mungkin timbul dari perangkat berdiamnya, patah tulang tengkorak, atau infeksi nasofaring atau sinus hidung yang telah membentuk saluran dengan ruang subarachnoid (lihat di atas), kadang-kadang, cacat bawaan dari dura mater dapat diidentifikasi.
Peradangan besar-besaran yang terjadi di dalam ruang subarachnoid selama meningitis bukan merupakan akibat langsung dari infeksi bakteri melainkan dapat sebagian besar disebabkan respon sistem kekebalan tubuh untuk pintu masuk bakteri ke dalam sistem saraf pusat. Ketika komponen dari membran sel bakteri diidentifikasi oleh sel-sel imun dari otak (astrosit dan mikroglia), mereka merespon dengan melepaskan sejumlah besar sitokin, hormon seperti mediator yang merekrut sel kekebalan lainnya dan merangsang jaringan lain untuk berpartisipasi dalam respon imun . Penghalang darah-otak menjadi lebih permeabel, menyebabkan edema "vasogenic" serebral (pembengkakan otak akibat kebocoran cairan dari pembuluh darah). Sejumlah besar sel darah putih masukkan CSF, menyebabkan radang meninges, dan menyebabkan edema "interstisial" (bengkak karena cairan di antara sel-sel). Selain itu, dinding pembuluh darah sendiri menjadi meradang (vaskulitis serebral), yang mengarah pada aliran darah menurun dan jenis ketiga edema, "sitotoksik" edema. Tiga bentuk edema serebral semua mengarah pada tekanan intrakranial meningkat, bersama-sama dengan menurunkan tekanan darah sering dijumpai pada infeksi akut, ini berarti bahwa lebih sulit bagi darah untuk masuk ke otak, dan sel-sel otak kekurangan oksigen dan mengalami apoptosis ( otomatis sel kematian).
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
                                                                                    ( Donna, L. Wong : 2008, Hal  : 1244 )

G. KOMPLIKASI
·     Peningkatan tekanan intracranial
·     Hidrosefalus
·     Infark serebral
·     Syndrome waterhouse Friederichsen : hipotensi, perdarahan kulit dan kelenjar adrenal
·     Defisit saraf kranial
·     Ensefalitis
·     Abses otak
·     Kerusakan visual
·     Deficit intelektual
·     Kejang
·     Endokarditis
·     Pneumonia
·     Gangguan pembekuan darah
·     Syok septic
·     Efusi subdural
·     Demam yang memanjang
( Harsono DSS, dr. : 2000)
H. PENATALAKSANAAN
- Isolasi
- Terapi antimikroba : antibiotic yang diberikan didasarkan pada hasil kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui intra vena.
- Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan. Cairan yang dapat menyebabkan edema.
- Mencegah dan mengobati komplikasi : aspirasi efusi subdural (pada bayi).
- Mengontrol kejang : pemberian terapi antiepilepsi
- Mempertahankan ventilasi
- Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
- Penatalaksanaan syok bacterial
- Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
- Memperbaiki anemia
                                                                                    ( Suriadi & Rita : 2006, Hal : 186 )
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Rontgen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
                                                                                     ( Wong, Donna. L : 2008, Hal : 1244 )